Pages

Jumat, 27 Desember 2013

MENGENAL PARA RAJA DAN SULTAN BIMA

MENGENAL PARA RAJA DAN SULTAN BIMA

Sultan Ibrahim bersama Jena Teke,
prosesi pengangkatan Jena Teke
kesultanan Bima tahun 1910
(Mevrouw B.H.G.)
Kerajaan Bima mulai dirintis sejak abad 8 oleh Ncuhi bersama seorang Bangsawan Jawa Yang bergelar Sang Bima. Berikut Nama-nama Raja Bima :

1. Indra Zamrut
2. Batara Indra Bima.
3. Batara Sang Luka
4. Batara Bima.
5. Maharaja Mitra Indra Tarati
6. Manggampo Jawa.
7. Maharaja Bima Indra Seri
8. Bilmana.

9. Manggampo Donggo
10. Ma Waa Paju Longge
11. Ma Wa'a Ndapa
12. Mantau Asi Sawo.
13. Salisi (Mantau Asi Peka )

Catatan : Pada abad 15 terjadi pertukaran jabatan antara Raja Bilmana dengan Bicara Manggampo Donggo yang dikenal dengan Sumpah Bilmana. Sejak itu mata rantai terputus. Posisi Raja secara turun temurun dari keturunan adik Bilmana Manggampo Donggo dan keturunan Bilamana menjadi Ruma Bicara (Perdana Menteri).



Berikut ini nama-nama Sultan Bima
1.Sultan Abdul Kahir I [ Ma bata wadu] dinobatkan 1640 dan mangkat beberapa bulan setelah menjadi Sultan.
2. Sultan Abdul Khair Sirajuddin [ Mantau Uma Jati} 1640 - 1682
3. Sultan Nuruddin 1682 - 1687, kuburannya di Tolobali.
4. Sultan Jamaluddin {Sangaji Bolo} 1687 - 1696 Tewas di penjara Batavia.
5. Sultan Hasanuddin 1696 - 1731 Tewas di Tallo diberi gelar Mambora di Tallo.
6. Sultan Alauddin, Manuru Daha, 1731 - 1742
7. Sultan Abdul Qadim, Ma Waa Taho, 1742 - 1773
8. Sultanah Kumalasyah { Kumala Bumi Partiga} 1773 -1795 dibuang Inggris Ke Sailon Srilangka hingga mangkat.
9. Sultan Abdul Hamid, Mantau Asi Saninu, 1795 - 1819.
10. Sultan Ismail, Ma waa Alu, 1819 - 1854
11. Sultan Abdullah, Ma waa Adil, 1854- 1868
12. Sultan Abdul Azis, Ma Waa Sampela, meminggal diusia bujang, 1868-1881
13. Sultan Ibrahim, Ma Taho Parange, 1881 - 1915
14. Sultan Muhammad Salahuddin, Ma Kakidi Agama, 1915-1951, mangkat di Jakarta,pemakaman Karet.
15. Sultan Abdul Kahir II, Ma Busi Ro Mawo, Jena Teke 13 Nopember 1945, dianugerahi Sultan sebagai penghargaan oleh Majelis Adat saat mangkat 17 Juni 2001. (Abank putrambojo)

CORAK TEO – ANTROPOSENTRISME DALAM STRUKTUR MAJELIS ISLAM KESULTANAN

CORAK TEO – ANTROPOSENTRISME DALAM STRUKTUR MAJELIS ISLAM KESULTANAN

Teo Antroposentrisme pada awal tahun 90-an pernah menjadi wacana teologi yang sangat laris dibahas oleh beberapa cendekiawan Islam dunia. Tentu saja, itu terinspirasi dari paradigma yang diretas oleh pakar Islam dari Mesir, Hassan Hanafi. Menurut Hanafi, wahyu merupakan kehendak Tuhan berupa perkataan yang diturunkan kepada manusia, yang meliputi manusia secara keseluruhan. Teologi, karenanya, harus dilihat sebagai sebuah antropologi. Teologi merupakan ilmu kemanusiaan yang merefleksikan konflik-konflik sosial politik, bukan ilmu ketuhanan an sich. Teologi sebagai hermeneutik bukanlah ilmu suci, melainkan ilmu sosial yang tersusun secara kemanusiaan. Jadi, bagi Hanafi, adalah hal mendesak untuk mengubah paradigma teologi klasik dari yang awalnya berorientasi pada teosentrisme —di mana Tuhan menjadi fokus perhatian— menuju paradigma antroposentrisme, dengan menjadikan manusia sebagai pusat perhatiannya. Dengan pernyataan ini, Hanafi bermaksud merekomendasikan sebuah model teologi atau ilmu kalam baru yang antroposentris, populis dan transformatif.
Apa yang menjadi gagasan Hanafi ini sesungguhnya bukanlah sesuatu yang baru dalam tradisi keislaman, Hanafi hanya mencoba membangkitkan kembali suatu energi terpendam dari paradigma keislaman lama melalui metodologi kritik dan hermeneutik, agar Islam menjadi tidak gagap menghadapi arus industrialisasi dan modernisme yang mengepung bangsa-bangsa Islam. Adalah Kesultanan Bima misalnya, pada abad permulaan Islam dikembangkan sebagai pilihan ideologi Kerajaannya, juga telah menerapkan sebuah praksis keber-agama-an dalam berbagai implementasi konstitutsinya. Sehingga bisa dikatakan bahwa proses pribumisasi Islam yang pernah ditawarkan oleh Gus Dur misalnya, justru pernah berhasil diterapkan dalam kesultanan Bima.

Pribumisasi Islam adalah upaya untuk membangun sinergitas kebudayaan lokal setempat dengan nilai-nilai universal ajaran Al Qur’an dan Hadits, hal itu dapat dilakukan melalui integrasi dan adaptasi ajaran-ajaran Islam dalam tradisi adat-istiadat masyarakat. Ini merupakan konsep dakwah Qur’ani yang selalu dititikberatkan oleh para mubalig awal nusantara dalam membangun konstruksi kesepahaman teologis dengan penduduk asli.

Bagi masyarakat Bima sendiri, pengaruh Islam dan Arab dalam kebudayaan Bima masih terasa cukup kuat dan berkembang di tengah masyarakat, dan boleh dikata bahwa masyarakat Bima kuno telah mengalami beberapa kali adopsi dan adaptasi kebudayaan sehingga wajar saja kalau masyarakat Bima hari ini tidak memiliki kebudayaan yang asli. Hal itu disebabkan lebih karena proses dakwah dan pribumisasi Islam oleh para mubalig pada abad ke 15 benar-benar diterima dengan baik, dan mampu menggeser paradigma keyakinan lama pada pilihan teologi mutlak bercorak Islam.

Cobalah perhatikan dalam struktur Majelis Islam Kesultanan Bima, sebuah corak teo-antroposentrisme Islam memberi pengaruh cukup dominan dalam membuat nomenklatur ranah-ranah ‘birokrasi’ Majelisnya. Majelis agama islam atau majelis syar’iyyah dipimpin oleh seorang qadi atau imam. Majelis beranggota 4 orang khatib dan bantu oleh 17 orang LebeNae. Keempat khatib itu ialahKhatib TuaKhatib KarotoKhatib LawiliKhatib To’i.

Pembatasan empat Khatib ini terinspirasi dari beberapa landasan berikut ini :

Khulafaurrasyidin; Dalam tradisi Fitua masyarakat Bima, pemuliaan terhadap empat sahabat Nabi adalah salah satu lelaku spiritual yang sangat penting. Abubakar Shidiq merupakan simbolisasi tokoh tua (Tua)yang mengayomi sahabat-sahabat lainnya. Lalu Umar bin Khattab sebagai seorang sahabat yang tegas dan lugas dalam berbicara (Karoto), Utsman bin Affan sebagai seorang sahabat yang lemah lembut dan memiliki kehalusan tutur kata (Lawili), dan Ali bin Abi Thalib sebagai seorang anak muda brilian yang sangat disegani kecendekiawanannya (To’i).

Mujtahid Mutlak; Dalam tradisi Fiqh, empat tokoh generasi tabi’it tabi’in yakni Imam Syafi’i, Abu Hanifah, Imam Maliki dan Imam Ahmad adalah mujtahid mutlak yang menjadi sumber referensi penafsiran hukum-hukum dalam Al Qur’an dan Hadits.

Poros Kedirian; Ilmu Fitua masyarakat Bima mengenal empat titik sentral yang menjadi poros kekuatan komunikasi manusia dengan Tuhannya, meskipun semua titik dalam tubuh manusia telah dinisbatkan pada penguasaan spiritual ilahiyyah. Hal ini kemudian muncul dalam metodologi dzikir yang sudah akrab dalam pembelajaran Fitua. Keempat poros itu ialah Otak (Tuta), Hati (Ade; Lawili), Tenggorokan (Karoto) dan Badan (Sarumbu). Keempat poros ini dalam penamaan Islam kita kenal dengan istilah; Aql’, Qalb’, Wariddan Jism’. Ada usaha dari beberapa perancang struktur Majelis Islam Kesultanan ini untuk mengintegrasikan kekuatan-kekuatan spiritual Ilahiyyah dalam model kerja sama struktural kelembagaannya. Sehingga Qadhi’ atau Imam sebagai Pemimpin Spiritual tertinggi kerajaan Bima adalah pemangku dan pengemban rahasia ilahiyyah yang telah mapan dan berpengalaman dalam semua ilmu Islam, Qadhi’ inilah yang juga memiliki ilmu ladunni untuk membuka kasyful hijab, karena mengetahui rahasia-rahasia (Syir) tertentu bagi Kesultanan.

Menjadi kian jelas, bahwa apa yang menjadi dasar pemikiran beberapa Ulama Bima di masa lampau adalah hasil dari permenungan spiritual yang khusus untuk menentukan struktur kelembagaan Kerajaan Bima. Pengukuhan dan pengangkatan salah satu Khatib dalam Kesultanan Bima adalah hasil musyawarah Qadhi’ beserta para khatib yang lain, dan Sultan tidak berhak melakukan intervensi dalam penentuan ini, karena ranah spiritual menjadi otorita penuh dari majelis Islam. Tradisi pengangkatan Khatib pun tidak seperti penunjukan jabatan hadat kerajaan lainnya yang cenderung melakukan pendekatan monarki mutlak berdasarkan garis keturunan. Pengganti seorang Khatib dalam Majelis Islam Kesultanan tidak harus keturunan langsung Khatib sebelumnya, begitu pula Qadhi’ atau Imam Kerajaan, bukanlah jabatan turun temurun yang diwariskan. Pendekatan yang diterapkan dalam Majelis Islam ini hampir sepenuhnya mengacu pada petunjuk-petunjuk spiritual khusus.

Dalam perkembangan selanjutnya sesudah kemerdekaan RI, Majelis agama Islam ini berubah menjadi MahkamatusSyar’iyyah yang di pimpin oleh seorang imam kerajaan yang dibantu oleh seorang Penghulu dan Lebe Dalam (Lebe Dala),bersama majelis hadat turut berperang aktif dalam pelaksanaan pemerintah sehari-hari sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Dan pada tahun 1969 berubah menjadi Yayasan Islam yang kantornya sekarang berada di sebelah barat Masjid Sultan Muhammad Salahuddin.
Nah, jika Hassan Hanafi mengajukan tawaran rekonstruksi metodologis terhadap bangunan teologi Islam tradisional dibangun dengan cara membalikkan secara total struktur epistemologi kalam klasik: dari yang awalnya menyoal Tuhan, ditransformasikan menjadi pembahasan tentang kemanusiaan; dari persoalan langit ke persoalan bumi; dari idealitas ke realitas; dari teori ke tindakan; dari membela Tuhan ke membela insan; dari teosentrisme ke antroposentrisme; dari teologi ke antropologi; dan, dari Akidah ke Revolusi. Maka Kesultanan Bima menerapkan itu secara praksis dan implementatif dalam suatu lembaga spiritual yang terbuka dan antropologis. Dan itu dilakukan oleh para Ulama Bima tidak hanya dalam ranah kerajaan, tetapi juga dalam tradisi sosial sehari-hari.


MAJELIS SYAR’IYYAH ISLAMIYYAH AD-DAULAH BIMAWIYYAH

  1. Imam/Qadhi'
  2. Khatib Tua
  3. Khatib Karoto
  4. Khatib Lawili
  5. Khatib To’i
  6. Lebe Talabiu
  7. Lebe Sila
  8. Lebe Wawo
  9. Lebe Ngali
  10. Lebe Wera
  11. Lebe Sakura
  12. Lebe Samili
  13. Lebe Rabakeli
  14. Lebe Teke
  15. Lebe Dena
  16. Lebe Sumi
  17. Lebe Parado
  18. Lebe Karumbu
  19. Anangguru Ngaji
  20. Anangguru Ngaji Sampela
  21. Bilal/Robo

15 HAL TENTANG SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN

15 HAL TENTANG SULTAN MUHAMMAD SALAHUDDIN

Tokoh yang memegang peran utama dalam perkembangan sejarah Bima pada awal abad XX adalah salah seorang putra sultan Ibrahim (Sultan XIII) dengan permaisurinya Siti Fatimah Binti Lalu Yusuf Ruma Sakuru yaitu Sultan Muhammad Salahuddin. Sultan Ibrahim menamai puteranya dengan Salahuddin karena terinspirasi dari ketokohan Sultan Salahuddin Al Ayyubi, seorang Raja sekaligus pemimpin Islam berpengaruh di perang Salib. Sultan Muhammad Salahuddin lahir di Bima pada tanggal 15 Zulhijah 1306 H  atau 15 Juli 1888. Secara numerologi saja, beliau sudah terkesan keramat. Lahir pada tahun dengan angka 8 deret tiga, ini adalah momen langka, beliau lahir di bulan Zulhijjah yang dianggap sebagai salah satu bulan mulia dalam Islam. Berikut ini adalah lima belas point penting yang saya rangkum dari berbagai sumber, terutama dari karangan Bapak Alm. H. M. Hilir Ismail, tentang Sultan Muhammad Salahuddin : 

  1. SEORANG SANTRI; Sejak kecil Muhammad Salahuddin sudah dididik dalam lingkungan religius yang taat, apalagi ayahnya adalah seorang Sultan yang terkenal memiliki koneksi bilateral dengan Mekkah. Pendidikan agama, ilmu tauhid, fiqh dan Hifdzul Qur’an maupun Mustalah Hadits, beliau dapati langsung dari Ulama-ualam Jawi terkemuka seperti Syekh Hasan Sahab dan Syekh Abdul Wahab As Syafi’i dari Mekah. Sultan Muhammad Salahuddin merupakan murid tekun dan genius, beliau bahkan mempunyai perpustakaan pribadi yang berisi Kitab-kitab dariUlama besar berhaluan Syafi’i.
  2. SEORANG PENULIS; Muhammad Salahuddin juga gemar menulis, salah satu buku karangannya adalah “Nurul Mubin” diterbitkan oleh percetakan “Syamsiah Solo” sebanyak tiga kali dan penerbitan terakhir pada tahun 1942. Buku ini menjadi cukup terkenal, karena judulnya sama dengan salah satu kitab karya Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. 
  3. TERKADER SEBAGAI PEMIMPIN MODERN; Tanggal 2 November1899, diangkat menjadi “jena teke”(Putera Mahkota) oleh majelis Hadat. Untuk menimba pengalaman dalam menjalankan roda pemerintahan, maka pada tanggal 23 maret 1908 dianggkat menjadi jeneli Donggo (jabatan setingkat camat). Setelah ayahnya Sultan Ibrahim mangkat pada tahun 1915, Muhammad Salahuddin didapuk menjadi Sultan di masa-masa sulit menghadapi rongrongan penjajahan Belanda. 
  4. PEMIMPIN REGIONAL; Pada tahun 1949 diangkat menjadi pemimpin Dewan Raja – Raja se-pulau Sumbawa atas persetujuan sultan Dompu dan Sultan Sumbawa. Dalam bidang organisasi pergerakan, sultan Muhammad Salahuddin menjadi perintis, pelindung dan ketua berbagai organisasi yang bergerak di bidang agama, sosial dan politik. 
  5. PIONIR PENDIDIKAN MODERN; Pada tahun 1921, Muhammad Salahuddin mulai mencanangkan sistim pendidikan moderen dengan mendirikan HIS di Kota Raba. Kemudian pada tahun 1922, mendirikan sekolah kejuruan wanita ( kopschool ) di Raba .Untuk memimpin sekolah itu, sultan Muhammad Salahuddin mendatangkan seorang keturunan Indonesia yang berjiwa nasionalis dari sulawesi selatan bernama SBS Yulianche. Guna pemerataan pendidikan , pada tahun 1922 Sultan Muhammad Salahuddin mendirikan sekolah agama dan umum di seluruh kejenelian(Sekarang kecamatan). Mulai saat itu di desa – desa tertentu dirikan sekolah agama setingkat ibtidaiyah yang bernama”Sakola kita” (Sekolah Ngaji Kitab Arab Melayu) dan sekolah umum yang bernama “Sekolah Desa” yang kemudian berkembang menjadi “Sekolah Rakyat”yang setingkat dengan Sekolah Dasar (SD) pada masa sekarang. Pada tahun 1931 Ruma Bicara (perdana Menteri) Abdul Hamid bersama Abdul Wahid Karim Muda tokoh Muhammadiyah kelahiran sumatera Barat,mendirikan “Madrasyah Darul Tarbiyah” di kota  Raba.
  6. CINTA ILMU PENGETAHUAN; Pada awal pelaksanaan sistim pendidikan modern, Sultan mengalami banyak kendala. Masyarakat yang terkenal taat pada agama, curiga dengan sistim pendidikan yang berasal dari orang Belanda yang dianggap”Dou kafi”(orang kafir). Untuk mengantisipasi kecurigaan masyarakat, Sultan berusaha mendatangkan guru – guru yang beragama Islam dan berjiwa nasionalis dari berbagai daerah luar, antara lain dari makasar dan Jawa. Guru – guru non Islam tetap berjiwa nasionalis diusahakan untuk mengajar di sekolah umum. Akhirnya kehadiran guru – guru tersebut disambut baik oleh masyarakat. Semangat persatuan yang tidak dibatasi oleh suku dan agama mulai terjalin. Hal ini mulai pertanda tumbuhnya semangat kebangsaan di Bima. (M. Hilir Ismail, 2002). Guru – guru yang didatangkan dari luar daerah, antara lain Muhammad Said dan SBS Yulianche dari Makasar. Salah satu kebijakan Sultan Muhammad Salahuddin  yang patut dihargai ialah memberikan beasiswa kepada pelajar yang berprestasi untuk belajar ke Makasar dan kota – kota besar di Jawa, bahkan ada yang di kirim ke timur tengah. Pelajar yang diberi beasiswa benar – benar berdasarkan prestasi dengan tidak mempertimbangkan status sosial dan jenis kelamin. Setelah kembali ke Bima, mereka  tampil sebagai pemimpin dan tokoh perjuangan pada masa revolusi kemerdekaan. 
  7. PEDULI PADA KESETARAAN GENDER; Munculnya organisasi “Rukun Wanita” yang dirintis oleh permaisurinya Siti Aisyah pada tanggal 11 September 1949 mendapat respon positif dari Sultan Muhammad Salahuddin. Organisasi lokal ini diketahui oleh SBS Yulianche, ketua muda putri Siti Maryam Binti Muhammad Salahudin, sekretaris I Nurbani Abidin Ishak, sekretaris II Siti Maryam guru sekolah rakyat Raba dan Siti Aisyah Nasruddin sebagai bendahara. Sejak awal pemerintahannya, Sultan memperhatikan kepentingan wanita. Karena itu Sultan Muhammad salahuddin juga mendukung sepenuhnya Aisyah Bima yang dirintis oleh Ibu Sulastrti.  Secara resmi berdiri pada tahun 1938, dengan susunan pengurus yang diketuai oleh Ibu Jaenab AD Talu dan wakil ketua Oleh Ibu Kartini M. Amin.
  8. PERINTIS NAHDLATUL ULAMA; Konon, pada tahun 1936 Syekh Hasan Syechab yang merupakan salah satu pengurus Hoofd Bestuur Nahdatoel Oelama) di Batavia mendapat undangan kehormatan langsung dari Sultan. Salahuddin tertarik dengan organisasi ini yang sehaluan dengan perspektif keislaman Ahlussunnah walJama’ah yang dia pelajari sejak muda. Bahkan sejak awal dirintis, Sultan langsung bertindak sebagai Ketua, dan ini menjadi catatan tersendiri dalam sejarah NU, bahwa satu-satunya cabang NU yang dipimpin oleh Sultan adalah Bima. Selain itu, bersama Syekh Hasan pula Sultan mendirikan “Madrasah Darul Ulum” di kampung Suntu Bima.
  9. TOLERAN & INKLUSIF; Kehadiran organisasi yang tidak berazaskan Islam, seperti Parindra tahun 1939, PIR tahun 1949 dan PNI pada era yang sama, tetap disambut baik oleh Sultan Muhammada Salahuddin. Kendati secara pribadi dirinya adalah seorang tokoh nasional Islam yang berjiwa Demokrat. Sultan Muhammad Salahuddin tetap menghargai keragaman misi, selama visi kedepan tetap satu, yaitu merebut kembali kemerdekaan dari tangan penjajah. Dalam hal pendidikan, bahkan beliau memberi ruang yang sama bagi guru-guru non muslim untuk mempersembahkan pemikirannya bagi kemajuan Bima. 
  10. SAHABAT DAN GURU BUNG KARNO; Kunjungan pertama Soekarno dilakukan sebelum Indonesia merdeka  yaitu pada pada bulan agustus tahun 1933 saat pembuangannya di Ende. Dalam perjalanannya di Ende itulah Soekarno singgah dan menginap di Istana Bima. Atas permintaan Pemerintah Belanda Sultan Muhammad Salahuddin menyiapkan satu ruangan tempat tidur untuk Soekarno muda, kamarnya berhadapan dengan kamar pribadi Sultan di lantai dua gedung Istana. Kemungkinan sejak saat inilah keakraban Soekarno dengan Sultan Salahuddin mulai terbangun, dan bisa saja ide-ide kemerdekaan maupun negosiasi awal untuk mengajak Kesultanan Bima mendirikan NKRI mulai dirintis. Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 3 Nopember 1950, lima tahun setelah kemerdekaan, dan Soekarno menempati kamar yang 17 tahun lalu juga disinggahinya. 
  11. NASIONALIS SEJATI; Sebagai reaksi penolakan isi perjanjian Linggar Jati yang ditanda tangani oleh Sultan Syahrir pada tanggal 23 Maret 1947, dan pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT), Sultan Muhammad Salahudin bersama tokoh pemuda, pada tanggal 23 Maret 1948, mendirikan organisasi lokal “Ikatan Qaum Muslimin Indonesia” (IQAM). Dengan susunan pengurus H. Usman Abidin (ketua) dan wakil ketua M. Idris Jafar, Sekretaris I M. Saleh Bakry dibantu sekretaris II Jafar AR, Bendahara Abdullah Amin Teta Hafsah dengan pembantu masing – masing Nasaruddin dan M. Hasan. Pada tahun 1949, pengurus IQAM menghadiri kongres Al Islami di Yokyakarta untuk memperjuangkan pemerintahan pusat menolak pembentukan negara RIS. Pada tanggal 22 November 1945, Sultan Muhammad Salahuddin mencetuskan pernyataan jiwa seluruh lapisan masyarakat Bima, yang sangat mencintai negara kesatuan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Pernyataan cinta setia kepada negara kesatuan RI, yang dikeluarkan pada tanggal 22 November 1945 terkenal dengan “Maklumat 22 November 1945”. 
  12. PELOPOR PEMBANGUNAN; Bangunan monumental yang merupakan saksi sejarah perjuangan Sultan bersama rakyat, ialah dua Istana dan sebuah Masjid. Dua Istana yang didirikan beliau pada tahun 1927 yatiu Istana Kesultanan Bima dan Istana kayu yang bergaya arsitektur Mbojo bernama Asi Bou, serta Pendopo Lama Bupati Bima. Bangunan bersejarah itu sekarang sudah ditetapkan sebagai benda Cagar Budaya. Salah satu dari sekian banyak Mesjid  yang beliau dirikan ialah Mesjid Raya Bima yang berada disebelah timur Istana. Mesjid yang didirikan oleh Sultan Muhammad Salahuddin pada tahun 1947 itu, bernama Mesjid Raya Al Muwahiddin Bima. 
  13. PAHLAWAN BANGSA; Mungkin tidak semua jenazah Raja maupun Sultan disemayamkan di gedung bersejarah Jalan Pegangsaan (Gedung Proklamasi), tetapi atas pertimbangan keistimewaan apa, sehingga Presiden Soekarno yang saat itu masih dalam lawatan luar negeri meminta kepada beberapa orang suruhannya agar jenazah Sultan Muhammad Salahuddin disemayamkan dulu di gedung Proklamasi. Alasan Presiden sederhana, “sebagai wujud Penghormatan atas jasanya bagi kemerdekaan”. Meski ditawari untuk dimakamkan di taman makam pahlawan, keluarga tetap teringat pada wasiatnya di kala hidup agar dimakamkan di pekuburan rakyat saja. 
  14. NAMA AIRPORT; Pada tahun 1982, Sidang Paripurna DPRD Kabupaten Bima menetapkan perubahan nama bandar udara Palibelo Bima menjadi Bandar Udara Muhammad Salahuddin Bima sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa beliau membangun Bima, baik sebagai Sultan maupun Kepala Daerah Pertama. 
  15. NAMA MASJID; Sebagai sosok yang dikenal Islami, nama beliau diabadikan sebagai nama dua Masjid yang ada di Kota Bima saat ini. Pertama, masjid Salahuddin kampung melayu yang berdekatan dengan langgar kuno Bima. Dan kedua, Masjid Jami’ Sultan Muhammad Salahuddin di kampung Sigi (masjid ini sudah ada sejak tahun 1778, namun mengalami kehancuran akibat bom sekutu pada tahun 1944, lalu dipugar dan kembali ke bentuk seperti sedia kala)

Rabu, 04 Desember 2013

Cara mudah Memasukan file ke CD tanpa software


Cara mudah Memasukan file ke CD tanpa software

 

MemBurn atau Membakar Data Ke CD / DVD Mungkin Sudah Sangat Umum di Dengar Tapi Bagi Anda Yang belum tau bagaimana cara memasukan data atau file ke Media Penyimpanan dalam bentuk CD  Maka Saya Akan Memberikan Tutorial Sederhana dan Pastinya tanpa Software atau aplikasi tambahan, Seperti Yang di Ketahui Untuk Memasukan File CD Tidak Seperti Mengcopy File Kemedia Penyimpanan Biasa, Contohnya Flashdisk dan Kartu Memori tapi perlu sedikit perlakuan Khusus.  kita hanya perlu menggunakan bawaan Windows 7 dan pastinya sangat simple dan tidak serepot seperti aplikasi Nero dan Software Lain yang membuat Newbie seperti kita menjadi bingung.
Yang Perlu di Persiapkan Untuk MemBurn FIle Ke CD atau DVD adalah CD atau DVD Kosong, Banyak di Jual di Toko komputer atau sejenisnya, Yang Perlu di Perhatikan Adalah jenis nya seperti CD-ROM (hanya bisa di isi sekali) dan CD-RW (bisa di isi berkali-kali dan bisa di Hapus Semua isinya) dan CD-ROM harganya pasti Lebih murah di Bandingkan CD-RW begitu pun dengan DVD. bila masih bingung perbedaan dari CD dan DVD . CD mampu Memuat File sekitar 512Mb sedangkan DVD bisa Sampai 4Gb, Jadi silahkan di pilih. namun untuk menyimpan file yang kecil-kecilan cukup CD saja.
Dan Yang Terpenting Kedua Adalah Komputer Atau Laptop Harus Mempunyai Pemutar CD atau DVD yang Rewitable, Ektensinya bertuliskan CD-RW atau DVD-RW kalau Tulisan pemutar CD atau DVD anda adalah CD-ROM atau DVD-ROM Sebaiknya Jangan teruskan Membaca tutorial ini, karna pastinya Tidak bisa.dan yang yang Terakhir OS Windows 7, Karna Tutorial ini Menggunakan Windows 7.

OKE langsung saja ke TKP !

1. Masukan CD atau DVD kosong maka akan muncul auto run seperti gambar di Bawah ini, Kemudian Pilih Burn File To Disk, Bila tidak Muncul Auto Run Seperti Gambar bisa di klik di Windows Explorer Kemudian pilih DVD atau CD-RW anda.




2. Setelah di Klik Burn akan Muncul jendela Kedua Masukan Nama FIle atau biarkan Default pada Disk Title Kemudian Pilih With a CD/DVD Player dan Next.




3. Drag atau Copy File yang ingin di Burn Kemudian Klik Burn to Disk yang saya lingkari hitam


4. Setelah itu akan muncul sepeti gambar di Bawah ini dan pilih recording Speed 10x atau 4x, saya Rekomendasikan pilih 4x karna file dan CD lebih awet dan tidak cepat rusak, Bila gagal ulangi cara diatas dan pilih 10x saja. Karna ada CD yang tidak mau di burn pada kecepatan 4x. kemudian klik Next. dan tunggu sampai ter Eject .


Selesai, mudah kan. dengan cara ini kita tida perlu susah-susah mendownload software atau aplikasi  Burning yang memakan waktu dan Bandwith.

SEMOGA BERMANFAAT

Senin, 02 Desember 2013

ALAM BIMA MENAWARKAN SEJUTA PESONA


ALAM BIMA MENAWARKAN SEJUTA PESONA

TAK bisa dipungkiri, jika selama ini pesona kawasan wisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) identik dengan keindahan alam dan kawasan pesisir pantai di Pulau Lombok. Tapi tahukah para pecinta wisata, bahwa selain Pulau Lombok, Bima juga memiliki kawasan-kawasan wisata terbaik yang tak kalah menarik dengan kawasan wisata lainnya di Indonesia.
Sebut saja kawasan wisata Pantai Kalaki, Pulau Derawan, Pantai Lawata, Pulau Ular, Pantai Waworada, Asa Kota di Lia Kecamatan Soromandi, dan lokasi-lokasi wisata lainnya. Selanjutnya Bima juga memiliki kawasan wisata lain, seperti Mada Pangga, Wadu Pa’a, Mada Prama, Bombo Ncera, Gunung Tambora, dan sejumlah kawasan wisata lainnya. Tentu saja setiap kawasan wisata itu menawarkan keunikan tersendiri yang tak akan bisa dilupakan para pecinta wisata.
Pantai Kalaki sendiri adalah pantai berpasir yang cukup landai, terletak disebelah selatan Kota Bima. Di Pantai Kalaki, para pecinta wisata bisa bercengkerama dan bermain air sambil menikmati pemandangan teluk  Bima. Pada musim-musim liburan, Pantai Kalaki selalu dipenuhi wisatawan. Disepanjang jalan menuju lokasi Pantai Kalaki, berjejer para pedangan yang menjajakan dagangannya. Tentu saja hal ini menunjukan bagaimana Pantai Kalaki mampu membangkitkan perekonomian warga sekitar.
Untuk mendukung pembangunan kawasan wisata pantai, Pemerintah Daerah Kabupaten Bima setidaknya telah membangunan shelter-shelter untuk menjadi tempat berteduhnya para wisatawan. Di Pantai Kalaki, para wisatawan biasanya membuat acara berbeque daging atau ikan-ikan segar.
Selain Pantai Kalaki, di sebelah timurnya Karumbu, terdapat pantai dengan keindahan teluk yang menawan. Hanya saja, untuk menuju ke kawasan wisata pantai tersebut, masih belum tersedia infrastruktur jalan yang memadai. Masih dibutuhkan komitmen pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk membangun infrastruktur menuju kawasan wisata tersebut.
Kemudian kawasan wisata yang juga patut dikunjungi adalah Bombo Ncera, yang merupakan kawasan wisata dengan rangkaian air terjun diantara bukit-bukit hijau yang terletak di Desa Ncera, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima. Rangkaian air terjun Bombo Ncera, sudah terbentuk secara alami sejak ribuan tahun silam. Rangkaian itu berpadu indah dengan bebatuan gunung yang kokoh, dan ditambah dengan kerimbunan pepohonan pegunungan Condo, membuat suasananya semakin teduh dan asri.
Disamping menjadi kawasan wisata, air yang bersumber dari mata air Bombo Ncera, sejak dahulu telah menjadi sumber mata air untuk kebutuhan masyarakat Ncera dan sekitarnya, termasuk juga untuk mengairi persawahan. Untuk memaksimalkan pemanfaatan air yang bersumber dari mata air Bombo Ncera, bahkan sudah dibangun waduk yang dikenal dengan sebutan Embu Ncera. Waduk itu berfungsi sebagai penampung air saat musim hujan untuk digunakan bagi pengairan dimusim kemarau.
Hingga kini, kemurnian mata air Bombo Ncera masih tetap terjaga. Meskipun dahulu sempat ada investor yang hendak melakukan kegiatan eksploitasi batu mangan, namun berhasil ditolak warga demi menjaga kelestarian lingkungan.
Selanjutnya, pesona Bima yang patut pula menjadi referensi bagi para pecinta wisata alam, adalah Gunung Tambora yang merupakan gunung vulkanik dan termasuk didalam wilayah Kecamatan Tambora, sekitar 200 Km dari Kota Bima.
Bagi peradaban masyarakat Bima, Gunung Tambora memiliki sejarah tersendiri, lantaran Gunung itu pernah meletus pada sekitar tahun 1815. Letusan itu memang memiliki kekuatan yang sungguh-sungguh dahsyat, hingga diumpamakan 7 kali lebih kuat dari bom atom. Dari catatan sejarah, letusan pada masa itu memakan korban jiwa sekitar 92.000 orang dan juga memusnahkan 3 kerajaan sekaligus, yakni kerajaan Sanggar, kerajaan Tambora, dan kerajaan Pekat. Sisa letusannya menyebabkan adanya kaldera dengan luas 9 Km dan kedalaman 1.100 m.
Dari puncak Gunung Tambora, wisatawan dapat menikmati keindahan kawasan hutan kayu Calabai, air terjun Sori Panihi (Kawinda), dan juga panorama laut semenanjung (Paninsula) Pantai Sanggar. Bagi para pecinta wisata yang berkunjung, keindahan alam di Gunung Tambora, memang sulit untuk dilupakan.
Bergeser dari Gunung Tambora, Asa Kota juga menawarkan wisata sejarah yang tak kalah menarik. Asa Kota merupakan benteng pertahanan pada masa perdjoangan yang terlupakan dari sejarah bangsa ini. Asa Kota terdapat di Lia, Desa Punti, Kecamatan Soromandi, yang dahulunya termasuk dalam kawasan Kecamatan Donggo yang sudah dimekarkan.
Posisi Asa Kota yang menjorong ke tengah dan seakan membelah laut Bima, menawarkan pemandangan laut disisi kiri dan kanan dari atas bukit kecilnya. Pada sekitar tahun 90-an, di Asa Kota masih terdapat beberapa meriam yang sudah berkarat dan rusak peninggalan jaman perdjoangan. Kala itu, masih juga terdapat puing-puing bekas benteng pertahanan.
Dahulu, Asa Kota merupakan benteng pertahanan yang cukup strategis untuk melindungi pelabuhan dan pusat perkotaan dari serangan musuh. Karena untuk menuju ke Kota Bima melalui jalur laut, satu-satunya jalur adalah dengan melewati Asa Kota.
Namun sayang, Asa Kota terlupakan dari sejarah, dan sama sekali tidak terawat, atau bahkan mungkin saat ini sudah ditelan jaman. Bagi para pemancing, Asa Kota merupakan spot terbaik yang ditawarkan alam, karena posisi pantai berkarangnya langsung menjorong ketengah laut.
Sedikit gambaran diatas, adalah bagian kecil dari sejuta pesona alam yang ditawarkan Bima. Disetiap lokasi, masing-masing menawarkan pesonanya tersendiri. Dan kini, tinggal bagaimana komitmen pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk memperkenalkan pesona alam Bima kepada dunia luar. Karena se-elok apapun alam Bima, tanpa promosi tak akan mungkin diketahui orang.*

Adu Nyali Berwisata Ke Pulau Ular Di Bima (NTB)


Adu Nyali Berwisata Ke Pulau Ular Di Bima (NTB)

Pulau Ular Di Tengah Lautan
Berwisata adalah salah satu kata yang sangat di idamkan oleh para pencinta travelling, apalagi ketika kita berwisata di daerah yang memiliki potensi kekayaan wisata alam yang sangat indah nan elok , sebut saja salah satu daerah wisata yang ingin saya perkenalkan adalah pulau ular yang berada di Bima Nusa Tenggara Barat. Mendengar daerah Bima, para pembaca mungkin tidak suka dengan kondisi alamnya yang sangat panas dan gersang, akan tetapi dengan kondisi tanah tandus dan bukit kerontangnya, daerah Bima juga memiliki tempat wisata faforit yang menarik untuk di kunjungi.
Ular Laut Bercorak Abu-Abu
Seperti yang saya paparkan, pulau ular berada di tengah perairan bagian timur wilayah Kecamatan Wera, kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Yakin saja wisata pulau ular yang berada di Bima ini bisa memberikan sensasi ketegangan tersendiri kepada seluruh pengunjungnya. Bagaimana tidak, mendengar kata ular yakni salah hewan melata ini, sebagian orang mungkin merasa merinding dan takut. Akan tetapi tidak perlu khawatir, karena ular yang berada di pulau tersebut sangat jinak dan bersahabat dengan pengunjungnya. Pulau ini juga merupakan habitat bagi populasi ular laut dengan keunikan warna putih silver dengan kombinasi hitam mengkilapnya, disisi lain disekitar wisata pulau ular ini sendiri menawarkan panorama alam lautnya yang eksotis, sehingga sekiranya bisa menjadi penawar dahaga dan rasa lelah ketika berkunjung melihat keindahan dan kemolekan wisata alam di Bima.
Perjalanan menuju wisata Pulau Ular, para pengunjung dapat menghabiskan waktu dengan jarak tempuh lebih kurang 45 menit perjalanan dari Kota Bima, dengan menggunakan transportasi darat baik berupa kendaraan bus ataupun sepeda motor. Setelah tiba di Desa Kalo, Kecamatan Wera, selanjutnya untuk menuju Pulau Ular, pengunjung wisata harus menggunakan perahu/ sampan yang telah disediakan masyarakat sekitar dengan waktu tempuh 15 menit dari daratan ke pulau ular tersebut. Tidak perlu khawatir soal tarif untuk berwisata ke Pulau Ular ini, setidaknya tidak menguras isi kantong yang berlebihan seperti ke tempat wisata lain yang berada di daerah lain yang ada di Indonesia. 

Wadu Pa’a di Bima NTB, Situs Sejarah Hadirkan Decak Kagum


Wadu Pa’a di Bima NTB, Situs Sejarah Hadirkan Decak Kagum



Bima  merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara  Barat (NTB). Kabupaten yang satu ini, punya potensi dalam sektor kepariwisataan. Apalagi dekat dengan Pulau Komodo yang  kadal raksasanya (baca: buaya darat), sudah mendua.  Paling tidak, Bima yang terima pertama para wisatawan sebelum ke Komodo Kab.Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Salah satu yang menjadi incaran wisatawan, adalah situs sejarah yang penuh dengan cerita masalah lalu.Dan kali ini, saya mengangkat situs sejarah. Nah, kalau ditanya di manakah lokasi wisata bernilai sejarah di Bima itu?  Jawabannya, kalau tidak di Lambitu, atau di Pandede, maka salah satunya yang bernilai sejarah adalah “Wadu Pa’a” (= batu pahat). Iya kawasan Wadu Pa’a adalah tempat favorit bukan saja buat anak-anak sekolah di Bima atau Dompu, tetapi juga wisatawan Nusantara (Wisnu) dan Wisatawab Mancanegara (wisman).
Lokasi ini memang cocok untuk dijadikan lokasi wisata. Selain keindahan alam sekitarnya terutama, alamnya yng indah, suasana yang damai - tenang, juga yang paling penting adalah di sana ada peninggalan sejarah zaman lampau. Di sana terdapat batu yang terukir tentang, patung, tentang tulisan yang berhuruf Sansekerta. Sayang sekali, tahunnya tidak tertulis, sehingga pengunjung agak bingung menetukan kapan ajaran Hindu masuk di Bima. “Dapat dperkirakan, sekitar abad kedua setelah Hindu masuk di Indonesia”, demikian komentar  Drs Dahlan, MA yang sempat diwawancari penulis belum lama ini.
1361458933213052746Tetapi terlepas dari itu, lokasi ini,  memberi warna tersendiri buat warga Kab. Bima Pemerintah Kota (Pemkot) Bima,  yang cinta pada peninggalan sejarah. Apa buktinya, lokasi ini, dapat dijadikan selain pelepas lelah tetapi juga mau melihat dari dekat tempat bersejarah ini. Setiap orang ke sana, selalu berdecak kagum, bukan main. Lukisan huruf dan patung tersebut tidak terkena abrasi. Padahal sudah berabad-abad lamanya.”Luar biasa!” komentar para pengunjung yang ditemui penulis .
Kalau dicermati letak lukisan itu, semuanya tidak mengarah ke timur. Lebih banyak mengarah ke selatan, sebab kalau mengarah ke Timur, demikian Pak Syamsuddin, pakar geografi di Bima, pahatan tersebut akan mudah terkena abrasi (pengikisan karena air laut). “Mereka hebat sekali!” ujar seorang pengunjung ketika saya ke sana kemarin bersama generasi muda yang haus akan sejarah peninggalan zaman lampau.
Kegiatan yang dilakukan generasi muda yang jumlahnya tertampung dalam 3 bus itu, berlama-lama di Wadu Pa’a. Setelah mereka mengitari lokasi ini, mereka berkumpul mendengarkan ceramah para gurunya terkait kehadiran lokasi bersejarah ini. Selain guru sejarah, guru lainnya seperti guru geografi, guru sastra, guru soiologi turut ambil bagian dalam memberikan info buat generasi muda ini.
Lokasi Wadu Pa’a ini sebuah potensi pariwisata Bima, tentu harus dilestarikan oleh generasinya, sehingga mereka dan generasi selanjutnya bverusaha menguasai sejarah di daerahnya. Ini penting, karena fakta riil menunjukkan, sudah banyak yang sudah mengabaikan kehadiran sejarah. Semoga tulisan ini bermanfaat***)